JAKARTA - Rutinitas menjaga kebersihan mulut umumnya berfokus pada gigi dan gusi. Banyak orang merasa sudah cukup sehat dengan menyikat gigi secara teratur dan menggunakan benang gigi.
Namun, ada satu bagian penting yang kerap terabaikan, yakni lidah.
Permukaan lidah dapat dipenuhi lapisan berwarna putih, kuning, bahkan kehijauan akibat sisa makanan, sel mati, serta bakteri. Penumpukan ini bukan sekadar persoalan estetika, tetapi juga dapat memengaruhi kesehatan mulut, kualitas napas, hingga fungsi tubuh secara keseluruhan.
Membersihkan lidah sebenarnya bukan kebiasaan baru. Praktik ini berasal dari Ayurveda, sistem pengobatan tradisional dari India yang telah berkembang lebih dari tiga ribu tahun. Dalam ajaran tersebut, lidah dianggap sebagai cermin kondisi tubuh.
Dalam tradisi Ayurveda, kebiasaan ini dikenal sebagai tongue scraping atau jihwa prakshalana. Aktivitas tersebut dilakukan setiap pagi sebagai bagian dari perawatan diri yang menyeluruh, mencakup kesehatan fisik, pikiran, dan pencernaan.
Cara membersihkan lidah tergolong sederhana dan dapat dilakukan siapa saja. Setelah menyikat gigi dan flossing, gunakan alat pembersih lidah atau sendok bersih. Tarik perlahan dari bagian belakang menuju ujung lidah beberapa kali.
Melansir dari Everyday Health pada Jumat, 19 Desember 2025, ada sejumlah manfaat kesehatan yang bisa diperoleh dari kebiasaan sederhana ini. Manfaat tersebut tidak hanya dirasakan di rongga mulut, tetapi juga berdampak lebih luas.
Menjaga Keseimbangan Kesehatan Mulut
Mulut manusia merupakan rumah bagi ratusan jenis bakteri dan jamur. Menurut National Institutes of Health, jumlahnya mencapai sekitar tujuh ratus jenis. Sebagian mikroorganisme bermanfaat, sementara lainnya berpotensi memicu masalah kesehatan.
Menyikat gigi dan flossing efektif membersihkan sisa makanan di sela gigi. Namun, bakteri juga dapat menumpuk di permukaan lidah yang bertekstur kasar. Jika dibiarkan, kondisi ini dapat berkontribusi pada gigi berlubang dan penyakit gusi.
Sejumlah studi menunjukkan bahwa membersihkan lidah mampu menurunkan jumlah bakteri dalam waktu singkat. Dalam penelitian pada orang dewasa dengan gusi sehat, pembersihan lidah selama tiga hari terbukti mengurangi bakteri di lidah.
Penelitian lain pada anak-anak juga menemukan hasil serupa. Kebiasaan ini dilaporkan dapat menurunkan plak setelah dilakukan secara rutin. Meski hasil penelitian masih beragam, membersihkan lidah dinilai melengkapi kebersihan mulut harian.
Mendukung Kepekaan Indra Perasa
Lapisan yang menumpuk di lidah dapat menutupi kuncup pengecap. Akibatnya, rasa makanan tidak tertangkap secara optimal. Membersihkan lidah membantu membuka permukaan lidah agar sensasi rasa lebih jelas.
Menurut Cleveland Clinic, kebiasaan ini dapat membantu memulai hari dengan kondisi mulut yang lebih segar. Rasa makanan pun dinilai lebih seimbang dan mudah dikenali.
Sebuah studi menunjukkan bahwa membersihkan lidah dua kali sehari selama dua minggu dapat meningkatkan kemampuan merasakan rasa tertentu. Peningkatan paling terlihat pada rasa pahit dan asin.
Dalam penelitian tersebut, alat pembersih lidah dinilai lebih efektif dibandingkan sikat gigi. Meski begitu, jumlah partisipan terbatas sehingga temuan ini masih membutuhkan kajian lanjutan.
Membantu Menyegarkan Napas
Bau mulut sering kali berasal dari bakteri yang memecah sisa makanan di rongga mulut. Bagian belakang lidah menjadi area yang paling sering menyimpan bakteri penghasil senyawa sulfur berbau tidak sedap.
Membersihkan lidah membantu mengangkat bakteri yang sulit dijangkau oleh sikat gigi dan benang gigi. Dengan demikian, sumber bau mulut dapat dikurangi secara lebih menyeluruh.
Dalam sebuah studi pada pria dengan gigi berlubang dan penyakit gusi, kebiasaan membersihkan lidah dua kali sehari selama satu minggu menurunkan laporan bau mulut.
Tinjauan dan meta-analisis lain juga menunjukkan hasil serupa. Kombinasi menyikat gigi dan membersihkan lidah dinilai lebih efektif menurunkan indikator halitosis dibandingkan menyikat gigi saja.
Kaitan dengan Fungsi Tubuh dan Pencernaan
Dalam pandangan Ayurveda, lidah diyakini sebagai peta organ dalam tubuh. Setiap bagian lidah dikaitkan dengan organ tertentu, seperti jantung, paru-paru, lambung, dan usus.
Lapisan pada area tertentu dianggap mencerminkan adanya “ama” atau toksin. Meski belum didukung penelitian medis arus utama, keyakinan ini menjadi dasar praktik membersihkan lidah dalam Ayurveda.
Praktik ini juga dikaitkan dengan fungsi pencernaan. Lapisan tebal pada lidah dipercaya sebagai tanda penyerapan nutrisi yang kurang optimal. Membersihkan lidah rutin diyakini membantu proses tersebut.
Sebuah studi pada orang dewasa sehat yang membersihkan lidah setiap pagi selama empat minggu melaporkan perbaikan keluhan pencernaan. Keluhan tersebut meliputi konstipasi, tinja berbau tidak sedap, dan rasa lelah.
Peneliti menduga kebiasaan ini meningkatkan sensitivitas rasa dan kepuasan makan. Dengan begitu, asupan makanan menjadi lebih sesuai dengan kebutuhan tubuh dan mendukung pencernaan yang lebih baik.